PWI-LS -Viralnya pendakwah Miftah Maualana Habiburahman yang mencemooh pedagang es teh asongan pada sebuah acara pengajian di Magelang, tak hanya membuat penceramah tersebut di rujak oleh para netizen, namun istana dan komisi VIII DPR RI yang membawahi bidang keagamaan juga turut lantang bersuara.
Maman Imanulhaq, salah satu anggota Komisi VIII DPR RI dalam
rapat dengar pendapat bersama Menteri Agama RI pada sebuah tayangan di TV
Parlemen meminta adanya sertifikasi bagi para juru dakwah di seluruh Indonesia.
Baginya sertifikasi itu penting, agar kejadian serupa tidak
terulang lagi di masa yang akan datang.
Kementerian agama harus lebih serius menyikapi persoalan
keagamaan, baik itu di kalangan para pegawai agama, elemen p endidikan dan para
da’I, ucapnya.
Terlihat para anggota DPR RI Komisi VIII sangat serius dalam menyikapi persoalan
cemoohan Miftah Maulana terhadap pedagang esteh asongan bernama Sunhaji .
Padahal apa yang di lakukan oleh Miftah Maulana sebenarnya
tak sebanding dengan perilaku para oknum habib yang jelas jelas melakukan
penghinaan terhadap ulama pribumi, perusakan Sejarah, bahkan dalam dakwahnya
mereka lebih mengutamakan cerita cerita halu
dan mengaku cucu nabi ketimbang ilmu pengetahuan agama.
Mereka juga kerap menghasut untuk membenci dan menentang
pemerintah. Dan yang lebih ironisnya lagi, masyarakat tanpa sadar di perbudak oleh oknum para habib pengaku cucu nabi.
Apa yang di pertontonkan komisi VIII dalam menangani persoalan Miftah Maulana tampak seakan hanya guyonan politik semata.
Tak memiliki urgensi yang
lebih besar bagi kepentingan bangsa dan
negara ke depanya. Hanya menutup kegaduhan public dan medsos akibat candaan
yang berlebihan dari seorang Miftah Maulana.
Komisi VIII garang terhadap persoalan Miftah Maulana, tapi ompong terhadap persoalan habib.
Padahal kasus pembelokan sejarah dan makam makam palsu
yang patut di duga di lakukan para oknum habib dan pengikutnya, memliki dampak korelasi sangat besar untuk generasi muda, bangsa dan negara.
Jika pembelokan sejarah tersebut tidak di tangkal dengan literasi
yang benar, maka anak cucu kita ke depan akan memakan mentah mentah literasi
hoaks sejarah Nusantara.
Mereka tidak lagi mengenal leluhurnya, mereka tidak lagi mengenal peradaban bangsa,
mereka tidak lagi memiliki karakter dan jatidiri sebagai bangsa Nusantara yang
berbudi pekerti, karena bangsa asing di anggap leluhurnya.
Masyarakat jatuh dalam perbudakan spiritual, sehingga menjadi
sapi perahan yang mudah di setir dan diarahkan kemana saja.
Penelitian ilmiah KH Imaddudin Al Bantani yang berbasis
kajian Pustaka tentang nashab para habib di Indonesia yang mengaku cucu nabi,
ternyata gagal di buktikan keabsahanya.
Hal ini tentu membuka mata kita semua, jika bangsa ini sebenarnya tengah berada dalam cengkeraman asing. Penjajahan spiritual yang dapat merusak sendi sendi berbangsa dan bernegara.
Kajian ilmiah KH Imaddudin tersebut di kuatkan lagi dengan hasil kajian
Test DNA oleh Dr. Sugeng Sugiarto, seorang peneliti DNA yang menerangkan secara gamblang genealogi
para habib di Indonesia, bahwa secara kajian test DNA mereka tidak tersambung
sebagai cucu nabi.