Haul Surakarta, Ketua PWI-LS Jawa Tengah Ingatkan' Jangan Kata NKRI Harga Mati Jika Melihat Sejarah Bangsa Di Rusak Diam Saja'

Ketrangan gambar : Ketua PWI-LS Kota Surakarta (tengah)

Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah (PWI-LS) Kota Surakarta, Kamis malam (20/02) menggelar acara Tahlil Ageng Haul Surakarta di pendhapa Kelurahan Sondakan, Laweyan, Solo.

Acara tersebut di hadiri oleh Forkompimda Kota Surakarta, Ketua Pusat Lembaga Kabudayan Jawi,  para anggota PWI-LS se Soloraya, baik dari jajaran kasepuhan, pengurus maupun Lembaga.

Haul Surakarta di selenggarakan bertepatan pada momen bulan ruwah dalam kalender penanggalan jawa untuk mendoakan para leluhur yang ada di Soloraya.

Bertindak selaku pembicara Ngaji Kebangsaan, Ketua PWI-LS Propinsi Jawa Tengah, KH. Mubarok .

Pada pesan kebangsaanya, Ketua PWI-LS Propinsi Jawa Tengah menekankan, Haul Surakarta merupakan momen bagi PWI-LS se Soloraya untuk bersama sama menggelorakan semangat perjuangan menentang pembelokan sejarah, pemalsuan nasab dan makam.

Meski secara ke wilayahan masing masing daerah sudah melakukan upaya tersebut, akan tetapi semangat itu tidaklah cukup jika tanpa ada kebersamaan dan persatuan. Sebab hanya dengan persatuan dan kebersamaan kita kuat menjalankan misi dan visi perjuangan  didalam menjaga sejarah dan budaya bangsa.

Kyai Mubarok ingatkan, masyarakat jangan terlena doktrin sesat dongeng palsu para oknum habib. Jangan kata NKRI harga mati jika melihat sejarah bangsa di rusak kita diam saja., tegasnya.

Jangan sampai anak cucu kita kehilangan sejarah leluhurnya. Jangan biarkan mereka merusak dan membelokan sejarah para leluhur Nusantara, memalsukan makam dan membangun narasi mengatakan Indonesia pintu tarim, milik para auliya tarim.

Narasi narasi tersebut menyesatkan, oleh karena itu  harus lawan. Kita lawan dengan edukasi sejarah, agar masyarakat mengetahui sejarah asli berdasarkan manuskrip yang ada.

Ketua PWI-LS Jawa Tengah berharap, tahun depan Haul Surakarta dapat di agendakan lebih besar lagi se Soloraya. Sehingga dapat menjadi tradisi dalam menanamkan kecintaan kepada para leluhur, sejarah,  bangsa dan Negara Indonesia.

Sekaligus kekuatan membangun semangat pelestarian sejarah, adi luhung budaya bangsa.

Lebih baru Lebih lama